Monday, July 8, 2013

Hemat Pangkal Kaya Model KOREA


Peribahasa kita yang berbunyi : " Hemat Pangkal Kaya " agaknya telah menjadi budaya hidup bangsa Korea Selatan. faktor budaya hidup tersebut merupakan satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi negeri ginseng tersebut. Berikut kesan - kesan selama sepekan mengunjungi negeri itu tentang budaya hidup mereka.

Korea Selatan yang dinilai sukses besar sebagai negara penghasil hiburan dan entertaiment di dunia, dan juga merupakan salah satu pilar olahraga di kawasan asia (pelaksanaan Olimpiade dan Penyelenggaraan Piala Dunia) . Bangsa Korea pada mulanya berasal dari bangsa mongol, kemudian tumbuh menjadi bangsa yang mempunyai ciri khas yang jauh berbeda dengan Cina dan Jepang. Korsel yang berpenduduk sekitar 80 Juta terdiri dari satu suku dan punya satu bahasa yang dapat dipahami oleh seluruh penduduknya.

SUSAH SENYUM

Bangsa Korea yang baru merdeka tahun 1948 kini tergolong salah satu raksasa dalam percaturan ekonomi dunia. Salah satu faktor yang mendorong Korea untuk bekerja keras adalah secara goegrafis dan politis mereka terjepit antara Korea Utara yang komunis dan "dendam" mereka terhadap Jepang di selatan yang menjajah mereka selama 35 Tahun.

Dalam membendung cengkaraman idelologis dari komunis dari utara mereka dibantu Amerika Serikat yang menempatkan ratusan tentaranya di Korea. Sedangkan untuk membalas "dendam" mereka terhadap penderitaan penjajahan Jepang , mereka bekerja keras untuk bisa menyaingi Jepang dalam segala bidang. Malah ibu - ibu di Korea mewajibkan anak - anaknya untuk mengkonsumsi udang, agar mereka cerdas, agar bisa menyaingi bangsa Jepang. Sebab, Jepang termasuk bangsa yang gemar memakan udang. 

Masalah lain yang ditanamkan para orang tua di Korea terhadap putera - puteri mereka adalah jangan mudah senyum kepada orang asing (selain orang korea) . Hal ini bermula dari rasa penderitaan yang mereka alami sewaktu dijajah Jepang. Mereka sampai sekarang belum begitu familiar dengan orang asing. oleh sebab itu, jangan heran kalau berkunjung ke Korea, anda akan melihat muka - muka kurang ramah dari warga Korea.

Karena ambisi bangsa ini yang begitu besar terhadap kemajuan , maka mereka sangat peduli terhadap pendidikan . Sebagian besar masyarakat Korea adalah kalangan terpelajar dan sangat kecil angka buta huruf di negeri semenanjung ini. Bangsa korea sejak era kebangkitannya menanamkan kepada rakyatnya untuk hidup bersih dan rapi. Tak heran kalau seluruh kota di Korea terlihat rapi dan bersih. Tak hanya itu, malah budaya korea mengharuskan warganya untuk tidak pakai kumis. Sebab dalam pandangan mereka, yang pakai kumis itu adalah ciri dari penjahat. Makanya sangat sulit menemukan warga Korea yang punya kumis.

HEMAT

Bangsa Korea nampaknya sudah sejak lama membudayakan hidup hemat dalam segala hal. Sebagai contoh, perusahaan raksasa Hyundai Group yang punya kekayaan ratusan milyar dolar AS, kantor pusatnya di Seoul terlihat sangat sederhana. Lantai dasarnya hanya memakai ubin biasa, tidak memakai keramik mahal seperti kantor - kantor mewah di Jakarta


Contoh yang lain adalah kebiasaan bangsa Korea mencetak kalender secara bolak - balik, sehingga lebih hemat dalam penggunaan kertas. Kalau berkunjung ke ruang kerja seseorang eksekutif di Korea jarang dijumpai di ruang kerja mereka terdapat sekian banyak kalender. Misalnya, kalender gantung, duduk, dan lainnya. Umumnya cukup satu kalender untuk eksekutif dan satu kalender untuk ramai - ramai.

Kalau anda menginap di Hotel berbintang, maka jangan harap akan mendapat jatah berupa sikat gigi dan odol seperti yang lazim di hotel - hotel di seluruh dunia. Di Korea perlengkapan seperti itu mereka jual, dan dana tersebut akan mereka pergunakan untuk dana lingkungan hidup dan kegiatan sosial lainnya. Hal itu mereka tuliskan secara tegas di kamar hotel tersebut.

Peribahasa kita yang mengatakan "Hemat pangkal Kaya" nampaknya sudah diamalkan oleh bangsa Korea, dimana mereka tidak mengenal ungkapan seperti itu. Karena mereka hemat ternyata kini Korea telah menjadi Salah satu negara superpower di dunia. 

Namun kembali lagi tulisan ini hanya merupakan opini, tidak seluruhnya menggambarkan kondisi Korea dan di Jaman Globalisasi sekarang ini budaya - budaya penghematan sudah mulai luntur.

oleh : Drs. H. Sabaruddin, MM

No comments:

Post a Comment